Selasa, 30 Juli 2013

KISAH BUNDA HELVY TIANA ROSA DITOLAK

Dulu tahun 1994 saya pernah membawa naskah buku pertama saya ke sebuah penerbitan besar. Saya disambut dengan canggung, dipandang sebelah mata sebagai penulis pemula dan harus menunggu 4 jam di kursi tamu hanya untuk mendengar sebuah penolakan. “Kami tidak tertarik dengan jenis tulisan Anda.” Lalu “Silakan bawa ke tempat lain, saya kira tulisan seperti ini tak ada yang mau menerbitkan,” dan sebagainya. Apa saya marah atau merasa kalah? Tidak. Saya hanya bertekad, suatu saat entah kapan, penerbit itu akan melihat kualitas tulisan saya. Mereka akan memohon berkali-kali agar saya mau menerbitkan karya-karya yang dulu tak mereka kehendaki itu di tempat mereka. Tahun 1997 buku pertama saya terbit di Pustaka Annida dan setelah itu puluhan penerbit menghubungi saya, meminta saya mau menerbitkan buku di penerbitan mereka, termasuk penerbit yang dulu menolak saya. Saya tidak dendam dan sudah memaafkan, tetapi saya masih ingat peristiwa itu. Yang saya lakukan kemudian adalah memilih menerbitkan karya-karya saya di penerbitan yang baik dan tahu bagaimana menghargai para penulisnya, termasuk penulis-penulis pemula yang menghampiri mereka. Saya menaruh penerbit yang menolak saya dulu dan hingga kini terus memohon-mohon itu di tempat terbawah dalam daftar penerbit rekanan saya ☺ Saran saya, setiap kali kita berhadapan dengan seseorang, bahkan orang yang tak kita kenal, perlakukan mereka sebagaimana kita ingin diperlakukan. Tulus, senyum, sapa, berempati. Dan percayalah, Anda akan menjadi salah satu prioritas dan seseorang yang dikenang selamanya. Insya Allah ☺ (Dikutip dari FB Helvy Tiana Rosa)

Trima kasih inspirasinya. Membuat hati saya bertambah lunak serta menstimulus diri ini untuk menghargai orang lain tidak mau menganggap remeh siapa pun. Juga yang tidak kalah penting menumbuhkan semangat. Betapa tersentuhnya. Ternyata penulis sekaliber beliau juga pernah ditolak. Di sinilah saya bisa menghargai diri sendiri. Beliau aja seperti itu nah apa lagi saya tentu banyak penolakan-penolakan. Setelah membaca kisah di atas saya berjanji tidak akan pernah putus asa dan akan senantiasa bersabar dan tetap semangat, semangat dan terus semangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar